Keindonesiaan dan Keislaman

gus sholah
KH. Salahuddin Wahid saat menyampaikan sambutan dalam Pembukaan Seminar Pemikiran Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari di Gedung MPR RI Jakarta, pada Sabtu (06/05/2017). (Foto: Dokumentasi panitia)
Di dalam BPUPKI (Mei-Juni 1945), muncullah pertentangan antara keindonesiaan dan keislaman, yakni ketika kalangan ”nasionalis Islam” mengusulkan dasar negara Islam dan kalangan ”nasionalis Pancasila” mengusulkan dasar negara Pancasila. Komprominya ialah ”Piagam Jakarta”, yang di dalamnya terkandung dasar negara Pancasila dengan sila pertama ”Ketuhanan dengan Kewajiban Menjalankan Syariat Islam bagi Pemeluk-pemeluknya”.
Ternyata kompromi itu masih ditolak kalangan ”non-Islam” pada 17 Agustus 1945. Maka, para tokoh Islam dengan lapang dada menyetujui dicoretnya anak kalimat ”dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” dan menyetujui rumusan: ”Ketuhanan Yang Maha Esa”. Itulah keberhasilan awal dari upaya memadukan keindonesiaan dan keislaman.
Keberhasilan kedua upaya memadukan keindonesiaan dan keislaman ialah ketika para ulama di bawah pimpinan KH Hasyim Asy’ari mengeluarkan fatwa Resolusi Jihad (22 Oktober 1945), yang mengilhami dan mendorong para pemuda Muslim untuk bertempur melawan tentara Sekutu pada 10 November 1945. Jihad, sebuah istilah agama, digunakan untuk perjuangan bersifat kebangsaan.
Para tokoh Islam berhasil dalam perjuangan mendirikan Departemen Agama pada Januari 1946. Itu adalah keberhasilan ketiga upaya memadukan keindonesiaan dan keislaman. Pada 1951, Menteri Agama KH. A Wahid Hasyim dan Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan Bahder Johan (keduanya dari Partai Masyumi) membuat nota kesepahaman tentang pendirian madrasah ibtidaiyah, madrasah tsanawiyah, dan madrasah aliyah. Ini adalah keberhasilan keempat dalam memadukan keindonesiaan dan keislaman, yang memberi tempat bagi pendidikan Islam di dalam sistem pendidikan nasional. Pendidikan Islam dalam bentuk pesantren sebenarnya sudah aktif 500 tahun sebelum Belanda mendirikan sekolah di Hindia Belanda pada 1840, yang menjadi cikal bakal pendidikan nasional Indonesia.
Menerima asas Pancasila
Pertentangan antara keindonesiaan dan keislaman muncul kembali ketika partai-partai Islam (Masyumi, Partai NU, PSII, Perti, AKUI) memperjuangkan dasar negara Islam dalam Konstituante pada 1956-1959. Perjuangan itu gagal, karena kalah dalam pemungutan suara.
Pertentangan antara keindonesiaan dan keislaman berlanjut dalam Pemilu 1971, ketika partai-partai Islam (Partai NU, Parmusi, PSII, dan Perti) berkampanye untuk memperjuangkan dasar negara Islam. ABRI dan aparat pemerintah Orde Baru berjuang untuk mengalahkan partai-partai Islam dengan segala cara. Kursi yang diperoleh partai-partai Islam jauh di bawah jumlah kursi pada Pemilu 1955. Berarti kedudukan partai-partai Islam di dalam DPR amat lemah.
Pada 1973 dilakukan pembahasan terhadap RUU Perkawinan, yang beberapa pasal di dalamnya dianggap oleh para ulama bertentangan dengan hukum Islam. Yang paling penting ialah Pasal 2, yang rumusan awalnya ialah ”perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut UU ini”. Syuriah PBNU yang dipimpin Rais Aam KH. Bisri Syansuri (murid KH. Hasyim Asy’ari) menolak rumusan tersebut dan mengusulkan supaya diganti menjadi ”perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaannya”. Kalangan non-Islam tentu saja menolak usul tersebut karena hal itu berarti menerima syariat Islam yang partikular ke dalam sistem perundang-undangan kita. Presiden Soeharto menyetujui usulan para ulama itu. Ini adalah keberhasilan kelima dalam upaya memadukan keindonesiaan dan keislaman.
Pemerintah pada awal 1980-an berusaha supaya Pancasila menjadi satu-satunya asas bagi parpol dan ormas yang ada di Indonesia. Menghadapi situasi seperti di atas, Syuriah PBNU membentuk sebuah tim untuk mengkaji ”hubungan antara Islam dan Pancasila”. Tim terdiri atas sejumlah ulama mumpuni yang dipimpin KH. Ahmad Siddiq, alumnus Pesantren Tebuireng yang pernah mengaji langsung kepada KH. Hasyim Asy’ari. Berdasar dokumen ”Hubungan Islam Pancasila” yang disusun tim di atas, Muktamar NU 1984 di Situbondo memutuskan untuk menerima secara resmi Pancasila sebagai dasar negara. Langkah itu lalu diikuti oleh PPP dan semua ormas Islam, kecuali beberapa ormas yang jumlahnya amat sedikit. Ini adalah keberhasilan keenam dari upaya memadukan keindonesiaan dan keislaman.
Pada 1989, DPR membahas RUU Peradilan Agama sebagai lanjutan dari UU No 14/1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman. Kembali muncul konflik antara keindonesiaan dan keislaman sehingga terjadi perdebatan panas antara yang menyetujui dan menolak RUU tersebut. Pada 29 Desember 1989, RUU tersebut disetujui menjadi UU No 7/1989. Muktamar NU 1989 di Pesantren Krapyak DI Yogyakarta menghargai pengesahan UU tersebut. Ini adalah keberhasilan ketujuh dari upaya memadukan keindonesiaan dan keislaman.
Setelah itu, masih terdapat banyak lagi keberhasilan dalam memadukan keindonesiaan dan keislaman, seperti UU Perbankan Syariah, UU Haji, dan UU Wakaf. Selain itu, UU Sistem Pendidikan Nasional (2003) memasukkan pesantren ke dalam nomenklatur pendidikan Indonesia sehingga memberikan peluang lebih luas bagi pesantren untuk mengembangkan diri. Di dalam masyarakat kini tampak peningkatan minat masyarakat untuk mengirim siswa ke pesantren dan juga minat untuk mendirikan pesantren. Jumlah pesantren yang pada 1999 hampir 10.000 kini mendekati angka 30.000, yang keseluruhannya adalah milik swasta.
Kondisi mutakhir
Saat ini ada gejala munculnya kembali konflik antara keindonesiaan dan keislaman. Gejala itu terjadi dalam kaitan pemilihan gubernur DKI Jakarta. Ada kelompok yang menganggap bahwa merekalah yang ”paling Islam” dan sebaliknya juga ada kelompok yang menganggap bahwa merekalah yang ”paling Indonesia”. Yang memilih Ahok-Djarot dianggap anti-Islam dan munafik, sedangkan yang memilih Anies-Sandi dianggap anti-Indonesia, intoleran, dan anti-kebhinekaan. Kedua anggapan itu keliru.
Kalau kita pelajari kembali proses penyusunan UUD pada 1945, ada keinginan tokoh-tokoh Islam supaya presiden RI adalah orang Indonesia asli dan beragama Islam. Setelah melalui musyawarah, tokoh-tokoh Islam yang menyusun UUD menyetujui bahwa syarat ”harus beragama Islam” itu dibatalkan. Kesediaan tokoh dan umat Islam menghapus syarat harus beragama Islam bagi presiden sebenarnya sudah menunjukkan toleransi mereka.
Akan tetapi, mereka yang tidak memilih non-Muslim karena alasan keagamaan tidak bisa dianggap sebagai orang yang tidak toleran atau melanggar UUD atau merusak kebhinekaan. Itu didasarkan pada Pasal 29 Ayat 2 UUD 1945. Yang perlu dijaga ialah cara menyampaikan pendapat itu, jangan sampai memakai bahasa yang menyinggung atau mengandung nada kebencian. Juga perlu diperhatikan tempat dan waktu dalam menyampaikan pendapat tersebut.
Sebenarnya konflik dalam kaitan pemilihan gubernur DKI Jakarta bukanlah antara umat Islam dan umat non-Islam. Akan tetapi, justru terjadi antara kelompok dalam umat Islam: antara yang menyetujui calon non-Muslim dan yang menolak calon non-Muslim. Perbedaan pandangan itu terjadi karena perbedaan penafsiran terhadap Surat Al-Maidah Ayat 51 dan sejumlah surat lain.
Di dalam kalangan Islam sejak abad pertama Hijriah sudah terdapat dua aliran besar dalam menafsirkan ayat-ayat suci. Aliran pertama berpendapat bahwa syariat Islam bersifat dogmatis dengan berpegang pada teks nash murni tanpa menggunakan potensi akal. Tokoh utama aliran ini adalah Abdullah bin Umar, Ibnu Abbas, dan Amr bin Ash. Aliran kedua berpendapat bahwa syariat itu bersifat rasional, maka dalam menafsirkan teks suci, kita perlu mengoptimalkan penggunaan potensi akal. Tokoh-tokohnya ialah Abdullah bin Mas’ud, Umar bin Khattab, dan Ali bin Abi Thalib. Menyikapi adanya dua kelompok seperti di atas, kedua pihak harus saling menghormati pilihan masing-masing. Tidak perlu saling menyalahkan, saling menyerang, atau saling mengejek.
Konflik keindonesiaan dan keislaman itu mungkin meluas pada Pilkada 2018. Kalau pada Pilpres 2019 konflik semacam itu masih terjadi, hal itu berpotensi mengancam persatuan Indonesia. Perlu ada upaya untuk meredamnya. Perlu dilakukan dialog antarkelompok di dalam Islam maupun dengan kalangan agama lain untuk meredamnya. Dalam dialog itu perlu dibahas dengan rinci apa yang dimaksud dengan ”politisasi agama”, apa yang dimaksud dengan ”isu SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan)”. Dialog itu harus dilakukan dengan hati dan kepala dingin supaya dapat menghasilkan kesepakatan yang bisa diikuti dalam praksis sehari-hari. Memang perlu waktu yang cukup untuk bisa mendinginkan suasana.
Pertanyaannya: siapa pihak yang akan memprakarsai dialog itu dan siapa tokoh yang akan mewakili kedua pihak? Berapa jumlahnya? Kapan saat yang tepat untuk memulai dialog? Di mana dialog itu diadakan? Pihak yang memprakarsai dialog ialah pihak yang dapat diterima oleh kedua kelompok. Ramadhan dan Syawal adalah saat yang tepat untuk mengadakan dialog. Tempatnya harus mendapat persetujuan kedua kelompok. Gedung MPR dan rumah di Jalan Imam Bonjol tempat para pendiri merumuskan naskah proklamasi pada Agustus 1945 dapat dijadikan alternatif tempat dialog diadakan.
Dalam dialog itu harus disampaikan secara jelas dan terbuka apa saja keinginan kedua kelompok dan apa saja yang tidak diinginkan oleh kedua kelompok. Sejumlah keberhasilan memadukan keindonesiaan dan keislaman yang telah menjadi modal berharga bangsa Indonesia harus menjadi acuan di dalam dialog tersebut. Kelompok yang seusai putusan Pengadilan Negeri Jakarta Utara terhadap Ahok mengeluarkan seruan untuk menjaga keindonesiaan perlu memahami bahwa yang juga perlu dijaga adalah keterpaduan keindonesiaan dan keislaman karena itu adalah faktor utama persatuan Indonesia.

*Tulisan ini disampaikan KH. Salahuddin Wahid dalam Pembukaan Seminar Pemikiran Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari di Gedung Nusantara V Komplek MPR RI Jakarta pada 06 Mei 2017, dimuat Harian Kompas pada 16 Mei 2017, dan dimuat ulang di media tebuireng.online untuk kepentingan pendidikan.
Share:

TEBUIRENG 4 AL-ISHLAH KUALA GADING BATANG CENAKU INDRAGIRI HULU RIAU

  1. Mengenal Tebuireng.
    Image result for TEBUIRENG 4 AL-ISHLAH KUALA GADING BATANG CENAKU INDRAGIRI HULU RIAU
    tebuireng 4
Pesantren Tebuireng didirikan oleh Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari pada tahun 1989 M di dusun Tebuireng Desa Cukir Kecamatan Diwek Jombang. Letaknya 8 KM di selatan kota Jombang, tepat berada di tepi jalan jurusan Jombang-Kediri. Menurut cerita masyarakat setempat nama tebuireng berasal dari “kebo ireng” (kerbau hitam). Konon, ketika itu ada seorang penduduk yang memiliki kerbau berkulit kuning. Suatu hari kerbau itu menghilang. Setelah ditemukan dalam keadaan hampir mati karena terperosok di rawa-rawa yang banyak dihuni lintah. Sekujur tubuhnya penuh lintah, sehingga kerbau kuning berubah menjadi hitam. Peristiwa mengejutkan ini menyebabkan pemilik kerbau berteriak “kebo ireng….! Kebo ireng….! “ sejak itulah dusun tempat ditemukannya kerbau itu dikenal dengan nama “kebo ireng”.
Namun pada perkembangan selanjutnya, ketika dusun itu mulai ramai, nama “kebo ireng” berubah menjadi “Tebuireng” tidak diketahui secara pasti apakah itu ada kaitannya dengan munculnya pabrik gula di selatan dusun itu yang mendorong masyarakat untuk menanam tebu sebagai bahan baku gula, yang mungkin tebu yang ditanam berwarna hitam, maka pada akhirnya dusun tersebut berubah menjadi “ Tebuireng” .
Dusun Tebuireng dulu dikenal sebagai sarang perjudian, perampokan, pencurian dan pelacuran. Awal mula KH. Hasyim Asy’ari mendirikan pesantren dipusatkan di sebuah bangunan kecil yang terdiri dari dua buah ruangan kecil dari anyaman bambu (gedek), bekas sebuah warung pelacuran yang luasnya 6×8 M, yang beliau beli dari seorang dalang terkenal. Meski awal berdirinya penuh dengan terror akhirnya dengan penuh kegigihan beliau Pesantren Tebuireng masih bisa berdiri sampai sekarang dan terus berkembang serta menjadi salah satu pesantren terbesar di Indonesia.
Setelah dalam masa kepengasuhan KH. Salahuddin Wahid (Pengasuh Pesantren Tebureng ke-7) Pesantren Tebuireng semakin berkembang pesat dan sudah membuka cabang di luar jawa. Pembukaan cabang Tebuireng di luar jawa semata-mata tidak hanya dibina oleh yayasan Hasyim Asy’ari tapi juga menggandeng masyarakat setempat. Misalnya di Tebuireng 3 menggandeng yayasan Hajarunnajah dan di Tebuireng 4 bekerjasama dengan Yayasan Al-Ishlah Kuala Gading.
  1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Tebuireng 4.

Pesantren Tebuireng 4 Al-Ishlah mempuyai sejarah tersendiri dari pada cabang-cabang yang lainnya. Setelah berdiri Pondok Pesantren Tebuireng 3 Hajarun Najah yang terletak di Desa Petalongan Kec Keritang Indagiri Hilir Riau pada tahun 2013. Kini selang satu tahun yakni pada tahun 2014 juga telah berdiri Pondok Pesantren Tebuireng 4 Al-Ishlah yang terletak di Desa Kuala Gading Kec Batang Cenaku Indragiri Hulu Riau. Yang diasuh oleh KH. MAs’ud Hasan Bisri. Sehingga pesantren Tebuireng 4 ini merupakan lembaga pendidikan kerjasama antara 2 yayasan yaitu “Yayasan Hasyim Asy’ari dan Yayasan Al-Ishlah Kuala Gading”.
Embrio kelahiran Pondok Pesantren Tebureng 4 Al-Ishlah ini juga tak lepas dari sejarah Pesantren Tebuireng 3. Awalnya saat acara peresmian di Pesantren Tebuireng 3 ada seorang Kiai yang juga menginginkan menjadi cabang Tebuireng, namun keinginan itu tak begitu direspon oleh Pengasuh Tebuireng 3 KH. Mas’ud Hasan Bisri. Karena menurut beliau keinginannya tidak begitu serius. Disamping itu juga banyak sekali yayasan atau desa yang mengiginkan menjadi tempat cabang Tebuireng yang ke-4. Dan hingga akhirnya Desa Kuala Gading yang bisa menjadikan cabang Tebuireng ke-4.
Keberadaan cabang Tebuireng ke-4 di Desa Kuala Gading ini bermula dari cita-cita H. Sobirin yang pada waktu itu menjadi salah satu pemuka agama di Desa Kuala Gading. Beliau menginginkan membuat pesantren, namun beliau berfikiran tidak mungkin karena mengingat umurnya yang sudah tua dan anak-anaknya yang masih kecil dan semuanya tidak ada yang laki-laki.  Toh kalau mempunyai pesantren sendiri tidak ada generasi penerusnya.
Namun cita-cita beliau itu terdengar oleh Ust. Arwani yakni salah satu guru ngaji di Desa Kuala Gading. Setelah mendengar cita-cita H. Sobirin sedemikian itu, akhirnya Ust. Arwani mengutarakan cita-cita H. Sobirin kepada sepupunya di Tembilahan yaitu Ust. Subhan. Karena pada saat itu Ust. Subhan adalah salah satu orang yang dekat dengan pengasuh Tebuireng 3 KH. Mas’ud Hasan Bisri. Sehingga nantinya Kiai Mas’ud bisa menyampaikan ke Jombang.
Setelah Kiai Masud dan Ust. Subhan mendengar kabar tersebut keduanya tak lupa mensurvei lokasi yang akan dijadikan pondok pesantren, lantas setelah melihat lokasi yang luas dan cocok akhirnya disepakati bahwa Desa Kuala Gading akan menjadi calon lokasi cabang Tebuireng yang ke-4. Disamping itu kepala desa kuala gading juga menyetujui kalau desanya didirikan pesantren bahkan pihak desa  memberikan lahan desa seluas 2 hektar untuk lahan pembangunan pondok pesantren.
Melihat komitmet masyarakat dan pemerintahan desa Kuala Gading untuk mendirikan pesantren akhirnya Tebuireng pusat menyetujuinya yang sebelumnya telah disurve oleh Rektor Ma’had Aly Hasyim Asy’ari H. Nur Hannan, L.c serta Pengurus yayasan hasyim Asy’ari Gus Toha. Bahkan KH. Salahuddin Wahid juga ikut mensurve lokasi pada tanggal 6 Mei 2014. Dan ternyata dalam kunjungan Gus Solah kali ini sangat disambut baik oleh masyarakat maupun pemerintahan. Sebagai bukti Bupati Indaragiri Hulu H. Yopi Arianto, SE beserta jajaran staf pemerintahan Indragiri Hulu menyambut baik kedatangan Gus Sholah dan sangat berharap nantinya Desa Kuala Gading menjadi kota santri.
Dengan adanya proses yang panjang tersebut akhirnya mencapai kata kesepakatan antara yayasan hasyim asy’ari Jombang dengan Desa Kuala Gading untuk membangun cabang tebuireng ke-4 di Kuala Gading. Dan untuk mempercepat pembangunan agar di tahun 2014 sudah bisa membuka pendaftaran santri baru akhirnya Kepala Desa Kuala Gading Bpk. Wahyu Diantoro membuat program berhenti merokok satu hari dalam satu bulan yang dimana uang rokok nantinya bisa digunakan untuk membangun pesantren. Setelah program itu disosialisasikan akhirnya masyarakat menyetujuinya dan mencapai kesepakatan masyarakat untuk berhenti merokok 1 hari dalam satu bulan selama 4 tahun, sehingga harga 1 bungkus rokok Rp 13.000,-  dikali jumlah KK di Desa Kuala Gading terkumpul uang Rp. 300.000.000,-.
Melihat dana yang masih kurang, karena pada waktu itu lahan masih berupa kebun sawit dan masih berupa bukit sehingga masih banyak biaya untuk membangun pondok pesantren. Maka pemerintah Kabupaten Indragiri Hulu juga ikut memberikan suntikan dana agar pembangunan Pondok Pesantren Tebuireng 4 ini cepat selesai dan bisa ditempati santri.
Setelah pendaftaran dibuka, tercatat ada 45 santri yang terdiri dari 20santri putri dan 25 santri putra. Informasi pendaftaran hanya dilakukan dari mulut-ke mulut saja sehingga rata-rata santri hanya dari Desa Kuala Gading dan rumahnya tidak jauh dari Pondok Pesantren dan hanya 1 santri yang terjauh yaitu dari Medan. Namun meski rumah mereka dekat semuanya diwajibkan mukim di asrama dan tidak diperbolehkan.
Santri masuk pertama kali pada tanggal 22 Juni 2014 dan saat itu hanya ditangani oleh Ust. Subhan yang sudah datang sebelumnya, sedangkan tenaga pengajar dari Tebuireng pusat datang pada tanggal 24 Juni 2014. Meski kegiatan belajar mengajar sudah dimulai keberadaan pondok pesantren tebuireng 4 belum diresmikan secara resmi. Dan akhirnya diresmikan secara resmi oleh KH.Salahuddin Wahid pada hari Rabu, 20 Agustus 2014. Dalam peresmian juga turut hadir Bupati Indragiri Hulu yang dalam sambutannya berharap 10 tahun kedepan Desa Kuala Gading dihuni ribuan santri dan bisa menjadi kota santri.
RUMUSAN VISI, MISI, DAN TUJUAN PESANTREN TEBUIRENG 4
Visi
Mencetak insan religius yang cerdas, berakhlak mulia, berbudaya, mandiri dan kompetitif
Misi
  1. Mendidik santri agar memiliki kemantapan akidah dan syari’ah islam, kedalaman spiritual, keluasan ilmu dan keterampilan serta keluhuran budi pekerti.
  2. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kesenian yang bernafaskan islami.
  3. Memberikan pelayanan terbaik dan keteladanan atas dasar nilai-nilai Islam yang inklusif dan humanis.
  4. Mengembangkan manajemen pesantren terpadu di level nasional maupun internasional.
  5. Mengembangkan kemitraan dengan institusi lain baik regional maupun internasional.
Maksud dan Tujuan
Penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran di Pondok Pesantren Tebuireng 4 Al-Ishlah  mempunyai maksud dan tujuan :
  1. Mencerdaskan kehidupan bermasyarakat melalui pembinaan dan pendidikan keterpaduan .
  2. Mendidik dan membina masyarakat untuk menjadi manusia yang beriman – taqwa, berbudi pekerti luhur dengan berbekal keterampilan dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga mampu mengemban amanat dan kewajibannya dalam menjalankan ajaran agama untuk kepentingan membangun kepribadian diri, masyarakat, bangsa dan negara dengan berpegang teguh pada nilai-nilai ahlussunnah wal jamaah.
Ciri Khas Pondok Pesantren Tebuireng 4  Al-Ishlah Kuala Gading :
  1. Mempertahankan tradisi salaf yakni perilaku pesantren tradisional yang menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan akhlak alkarimah serta memperkuat wawasan kebangsaan dan nasionalisme.
  2. Misi da’wahnya ‘amar makruf nahi ‘anil munkar’, Pesantren Tebuireng 4 Al-Ishlah berusaha cerdas menyikapi kebutuhan masyarakat demi memenuhi tuntutan zaman. Sehingga Pesantren Tebuireng 4 Al-Ishlah merespon keinginan tersebut melalui jalur pendidikan umum yang untuk pertama ini akan dibuka SMPIT Al-Ishlah, dengan demikian diharapkan Pesantren Tebuireng 4 Al-Ishlah mampu merajut kepentingan duniawi dan ukhrowi untuk menyatukan dua unsur dasar “jasad dan ruh” sebagai bentuk modifikasi model salaf yang modern tetapi tetap dalam koridor pesantren yang menjunjung nilai-nilai akhlakul karimah. Metode salafiyah diterapkan dengan mengkaji kitab-kitab kuning, sedangkan metode modern dengan menyelenggarakan pendidikan berdasarkan kurikulum Kemendikbud sesuai prinsip Al-Muhafadloh ‘ala al-Qodim al-Sholih wa al-Akhdzu bi al-Jadid al- Ashlah ( mempertahankan tata kehidupan lama yang baik dan mengambil metode baru yang inovatif, lebih berdaya guna).
  1. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran secara optimal dengan menerapkan pola keterpaduan yang utuh dalam kesatuan iptek dan imtaq, fikir dan dzikir, intelektual dan moral berwujudkan kebersamaan antara pesantren dengan pendidikan formal. Penyelenggaraan sekolah formal menopang tujuan pesantren, sementara pesantren dengan sistem pendidikan salafinya mendukung keberhasilan pendidikan formal.
  2. Membudayakan Bilingual English – Arabic sebagai bahasa pengantar dan komunikasi santri.


  1. Program Pendidikan.
Pesantren Tebuireng 4 Al-Ishlah merupakan salah satu pesantren salaf yang berada di Riau yang diasuh oleh KH. Mas’ud Hasan Bisri dan resmi dibuka menjadi cabang ke-4 pada tanggal 20 Agustus 2014. Tenaga pengajar sebagian dikirim dari Pesantren Tebuireng Jombang. Dan untuk membekali para santri ilmu agama dan umum maka Pesantren Tebuireng 4 Al-Ishlah menyelenggarakan pendidikan formal yang mengacu pada kurikulum nasional dan pendidikan non formal yang mengacu pada kurikulum pesantren salaf. Dengan rincian program pendidikan sebagai berikut :

  1. SMPIT Tebuireng 4 Al-Ishlah
SMPIT Tebuireng 4 Al-Ishlah adalah sekolah formal dengan masa pendidikan selama 3 tahun yang berada di bawah tanggung jawab “Yayasan Al-Ishlah Kuala Gading” . Sekolah ini bernaung di bawah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional yang memberikan mata pelajaran lebih di bidang keagamaan dan ketrampilan siswa tanpa mengurangi pencapaian target kurikulum yang telah ditentukan oleh  Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional” . Setelah selesai menempuh pendidikan di SMPIT Tebuireng 4 Al-Ishlah siswa akan mendapatkan ijazah resmi dari Diknas.

  1. Salaf
Pragram salaf ini bertujuan untuk menampung santri yang hanya menginginkan mondok saja tanpa sekolah formal. Program ini dibuka untuk semua lulusan baik itu SD, SMP maupun SMA. Dan tentunya lulusan program salaf ini nantinya mempunyai keunggulan yang lebih dalam mendalami kitab kuning karena hanya fokus belajar kitab kuning dengan metode bandongan dan sorogan. Selain itu program ini juga bertujuan untuk mengembalikan ruh Tebuireng yang telah didirikan oleh KH. Hasyim Asy’ari yang awal berdirinya hanya membuka program salaf.

  1. Madrasah Diniyah
Pesantren sebagai lembaga tafaqquh fiddin maka seluruh santri Pesantren Tebuireng 4 Al-Ishlah baik yang sekolah SMPIT maupun salaf diwajibkan untuk mengikuti pelajaran diniyah pada sore hari. Mata pelajaran Diniyah mengkaji kitab-kitab kuning karya ulama salaf. Pesantren Tebuireng 4 memilih memakai kitab kuning guna untuk menjaga tradisi ulama terdahulu serta  agar nantinya para santri memiliki sifat saleh (Akhlak al-karimah) dan kepakaran (al-ulumu al-nafi’ah) yang berhaluan Ahli sunnah wal jama’ah. Sistem pengajaran kitab kuning di Pesantren Tebuireng 4 Al-Ishlah menggunakan metode sorogan dan bandongan. Dalam metode tersebut ustadz memberikan pemahaman perkata atau kalimat dengan menggunakan makna utawi, iki iku serta memberikan penjelasan kedudukan kalimat (tarkib) dengan tujuan agar santri mampu mengkomunikasikan makna tulis secara tertulis serta merumuskan pokok-pokok pikiran yang terdapat dalam teks. Adapun mata pelajaran diniyah meliputi : Tajwid, Fasohah, Imla’, Ubudiyan, Nahwu, Sorof, Hadits, Fiqih, Tauhid, Akhlak serta Sejarah Islam.

  1. Jumlah Santri dan Pengajar Sekarang.

  1. Jumlah Santri

Program Laki-laki Perempuan Jumlah
SMPIT 74 56 130
SALAF 1 6 6
Jumlah Seluruh Santri 136


  1. Jumlah Guru/Pengajar

Tenaga Pengajar di Pesantren Tebuireng 4 terdiri dari pengajar yang dikirim dari pesantren tebuireng pusat dan pengajar yang diambil dari masyarakat setempat. Dengan rincian sebagai berikut :

No Nama TTL Pelajaran Keterangan
1 Parman, S.Pd Garut, 2 Juni 1972 Matematika SMPIT
2 Subhan Pengalihan, 7 Agustus 1971 BMK, Nahwu, Akhlaq SMPIT & Pondok
3 Achmad Qosim, SA. S.Pd.I Kendal, 6 Januari 1988 Khot, Agama, TIK, Tauhid SMPIT & Pondok
4 Seprizal, SA. S.Pd.I Tegal, 6 Februari 1990 Bahasa Inggris, Bahasa Arab, Sorof SMPIT & Pondok
5 Mujib Kodar, SA. S.Pd.I Madiun, 23 Mei 1987 IPS, Seni Budaya, Sejarah Islam SMPIT & Pondok
6 Muh. Ali Fauzi, SA Grobogan, 13 Nopember 1985 PPKN, Hadits SMPIT & Pondok
7 Sudibyo Purworejo, 18 Februari 1972 Al-Qur’an Pondok
8 Kristina, SP Kembang Harum, 16 Agustus 1984 IPA SMPIT
9 Asrinda Mulyanti, S.Pd Karangawen, 29 Januari 1989 Matematika SMPIT
10 Sukasno, A.Ma.Pd Kulon Progo, 26 Mei 1953 Penjaskes, Pramuka SMPIT
11 Laura Fitri Inderasari, S.Pd Kuala Gading, 9 April 1991 Bahasa Indonesia SMPIT
12 Muhamad Tajudin, S.Pd.I Sungai Ambat, 13 April 1988 Fiqih, Pramuka SMPIT & Pondok
13 Juhardi, S.Pd.I Pulau Bayur, 5 Oktober 1981 Ekstrakurikuler Qiroah Pondok
14 Arwani Madiun, 29 September 1981 Tajwid, Fiqih Pondok
15 Saifuddin Madiun, 2 April 1984 Imla’ Pondok
16 Muryati Magetan, 27 Desember 1989 Tajwid Pondok
17 Arina Muti’ah Pengalihan, 4 Juni 1988 Al-Qur’an Pondok

  1. Keadaan Bangunan Sekarang.

No Bangunan Jumlah Kondisi
1 Masjid 1 Baik
2
Ruang Kelas 5 Baik
3 Tahap Pembangunan
3 Asrama 2 Baik
2 Tahap Pembangunan
4 Rumah Ustadz/ Guru 3 Baik
5 Ruang Tamu 1 Baik
6 Kantor 1 Baik
7 Koperasi 1 Baik
8 MCK 10 Baik
9 MCK Guru 2 Baik
10 Dapur dan Ruang Makan 1 Baik

Jadwal Kegiatan Santri :
No Waktu Kegiatan
     
1 04.00 – 04.45 Mandi, Shalat Tahajud dan Persiapan Sholat subuh
2 04.45 – 05.20 Sholat Subuh Berjamaah
3 05.20 – 06.10 Fasohah Al-Qur’an
4 06.00 –06.45 Sarapan Pagi dan Persiapan Berangkat Sekolah
5 06.45 –07.15 Sholat Dhuha Berjamaah di Masjid
6 07.15 – 12.15 Kegiatan Belajar Mengajar SMPIT
7 12.15 – 12.45 Sholat Dzuhur Berjamaah
8 12.45 – 13.50 Makan Siang dan Istirahat
9 13.30 – 15.30 Kegiatan Belajar Mengajar Madrasah Diniyah
10 15.45 – 16.15 Sholat Asar Berjamaah
11 16.15 – 17.45 Istirahat dan Kegiatan Ekstrakurikuler Pada Hari Tertentu
12 17.45 – 18.15 Makan Sore dan Persiapan Jamaah Sholat Maghrib
13 18.15 – 18.45 Sholat Maghrib Berjamaah
14 18.45 – 19.30 Sorogan Al-Qur’an
15 19.30 – 20.00 Sholat Isyak Berjamaah
16 20.00 – 21.00 Kegiatan malam (Syawir, Bandongan, Ubudiyah)
17 21.00 – 22.00 Jam Belajar (Muthola’ah)
18 22.00 – 04.00 Istirahat (Tidur)
Share:

IPNU-IPPNU Jombang Bekali Kader dengan Ilmu Jurnalistik

Pelatihan Jurnalistik
Pelatihan Jurnalistik

Dalam kegiatan Pesantren Ramadhan Bahagia 1438 H. di Islamic Center Masjid Baitul Mu’minin Jombang pada Sabtu-Ahad (17-18/06/2017), Pimpinan Cabang (PC) Iikatan Pelajar NU (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri NU (IPPNU) Jombang membekali kader-kadernya dengan ilmu jurnalistik.
Untuk materi ini, panitia mengundang dua pemateri, yaitu Mantan Redaktur Jawa Pos, H. Nur Hidayat dan Kepala Unit Penerbitan Pesantren Tebuireng, Ahmad Faozan.
Di depan kader-kader muda IPNU-IPPNU, H. Nur Hidayat atau yang biasa disapa Gus Dayat menjelaskan bahwa jurnalistik adalah kegiatan penyiapan, peliputan, penulisan dan penyajian berita.
“Kalau mau menggeluti dunia jurnalistik, harus mau keluar untuk mencari berita. Jika mencari berita, jangan mencari berita karena suka atau tidak suka,” ungkap mantan ketua PW IPNU Jawa Timur tahun 2003-2005 itu.
“Kalau pemuda IPNU IPPNU ditanya bagaimana menjadi jurnalis? Jurnalis itu harus jujur, dan setia pada fakta. Penting atau tidak menjadi seorang jurnalis? Jawabannya sangat penting menjadi seorang jurnalis,” tambah pria yang kini dipercaya mengurus bidang kehumasan di Pesantren Tebuireng itu.
“Dalam menyampaikan berita itu harus menarik, dan berita itu harus menceritakan sesuatu yang baru. Misalnya ada anjing menggigit orang, itu bukan berita. Tetapi jika ada orang menggigit anjing itu bisa dinamakan berita,” jelas pria asal Mojokerto itu.
Sementara itu, pada Ahad (18/06/2017), Ahmad Faozan menyampaikan bahwa jurnalis yang baik adalah yang mengerti kaidah-kaidah jurnalistik secara baik dan benar. Jika Gus Dayat fokus pada news (berita), maka Ahmad Faozan fokus pada views seperti opini esai dan resensi.
Ia juga mengungkapkan manfaat menjadi penulis, di antaranya karyanya akan abadi, dapat menyampaikan pemikiran kepada banyak orang, dan dapat fleksibel dengan berbagai profesi. Jika seseorang hanya ngomong saja, maka profesinya terbatas,” tambahnya.
Selain itu, menurutnya, kemampuan menulis harus diasah, tidak terlalu fokus pada teori, dan memperbanyak membaca. Namun, lanjutnya, modal yang paling penting untuk menulis, yaitu memiliki kemauan terlebih dahulu.
“Empat kesusahan dalam menulis, tidak memiliki kemauan, tidak memiliki tema, tidak memiliki waktu yang cukup, dan tidak suka membaca,” ungkapnya.
Ia memaparkan pula tentang jenis-jenis artikel, seperti artikel prediktif (prediksi masa depan), prestkriptif (penyuluhan terhadap masalah), eksploratif (mengungkapkan fakta berdasarkan kajian), deskriptif (menggambarkan masalah dengan tambahan opini), dan eksplantif (memberi jawaban atas persoalan).
Ia mengatakan bahwa menulis itu mudah jika memiliki kesungguhan. “Menulis itu jalan dakwah potensial. Tebarkan kata-kata positif dalam ruang medsosmu, mulai sekarang tulis status yang positif,” pesannya.
Untuk itu ia berpesan agar para kader IPNU-IPPNU, dalam meningkatkan motivasi menulis, harus banyak membaca buku, diskusi, ikut kegiatan intelektual, dan sharing dengan penulis yang lebih mahir. “Setelah mendapat ide, maka tulislah. Yang penting dicatat,” pungkasnya.
Share:

Waktu Pengambilan Ijazah SMA Trensains Tebuireng

Waktu Pengambilan Ijazah SMA Trensains Tebuireng
Waktu Pengambilan Ijazah SMA Trensains Tebuireng

Pengambilan ijazah sma trensains, syarat : Bebas biaya spp sampai bulan juni 2017, bebas buku perpustakaan, bebas BAT, dan biaya lain-lain.
Hari tanggal : rabu, 05 juli 2017
Waktu : 10.00 wib
Tempat : sma trensains Tebuireng
Penanggubg jawab : waki kelas masing - masing
Informasi lebih lanjut :
Kepala sekolah : A. Rofiq, ST., M.Pd.I
Kepala Pondok Tebuireng 2 : Umbaran, S.Hi

Mohon informasi ini diteruskan kepada teman - teman yang lain.

Share:

KH. Habib Ahmad: Penerus Tahta Shahih Bukhari di Pesantren Tebuireng

KH. Habib Ahmad
KH. Habib Ahmad

KH. Habib Ahmad, merupakan salah satu santri Tebuireng yang tak pernah bosan dalam menuntut ilmu agama, dalam kesederhanaannya, setelah lulus sekolah, beliau memilih untuk mengaji Kitab Shahih Bukhari pada Kiai Idris Kamali dan Kiai Syansuri dengan mengharap barokah, yang akhirnya mengantarkan beliau menjadi Qari’ Shahih Bukhari (penerus Mbah Yai Idris Kamali dan Mbah Yai Syansuri). Dalam hal ini, wartawan Majalah Tebuireng memiliki kesempatan langsung menemui dan mewawancarai KH. Habib Ahmad, sebagai Qari’ Shahih Bukhari.
Bisa diceritakan sejak kapan Kiai jadi Qori’ Shahih Bukhari ?
Waktu itu, saya lulus Aliyah pada tahun 1967 dan saya mau melanjutkan kuliah tapi maa fi fulus alias gak punya uang, jadinya ya ndak kuliah. Tapi meskipun saya gak jadi kuliah, saya yakin semua itu ada hikmahnya. Setelah lulus, saya ngaji kitab Shahih Bukhari kepada Mbah Yai Idris Kamali, yakni menantu dari Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari. Karena saya pada waktu itu termasuk menjadi santri yang paling ndak mampu, jadinya ya saya ndak mampu beli kitab. Biasanya saya cuma usung-usung kitabnya Mbah Idris, lalu saat pulang dikembalikan, tapi justru di situ ada barokah yang saya rasakan.
Setelah saya ngaji terus selama kurang lebih lima tahun di situ, lalu tujuh tahun selanjutnya Mbah Yai Idris Hijrah ke Jakarta dengan diikuti juga beberapa santri Tebuireng. Setelah itu, ketika Mbah Yai ke Makkah, pengajian di Masjid Tebuireng itu vakum untuk beberapa waktu. Akhirnya Mbah Yai Syansuri yang datang untuk menggantikan jadi Qori’ Kitab Shahih Bukhari, dan metode ngajinya itu sama seperti sekarang ini, setahun Shahih Bukhari, setahun besoknya lagi Shahih Muslim.
Beberapa waktu kemudian Mbah Yai Syansuri mendapat tugas pemerintah untuk menjadi anggota dewan dari PPP, beliau diangkat menjadi DPR pusat di Jakarta, kalo ndak salah itu tahun 1973, kemudian pengajian di Tebuireng kembali vakum. Lalu Almarhum Pak Kiai Yusuf Hasyim datang ke rumah saya, mengatakan bahwa menurut musyawarah oleh beberapa santri dan guru, saya ditunjuk untuk meneruskan pengajiannya Mbah Yai Syansuri dan Mbah Yai Idris, awalnya saya ya merasa berat untuk menjalankan amanah ini, tapi yang namanya Mbah Yai ya harus ditaati. Menurut periodisasi, yang pertama jadi Qori’ Shahih Bukhari ini Mbah Hasyim, lalu Mbah Idris, kemudian Mbah Syansuri. Nah, sejak itulah saya jadi Qori’ Shahih Bukhari di Tebuireng.
Bagaimana kondisi ngaji Kitab Shahih Bukhari pada zaman dulu?
Pengajian Shahih Bukhari dulu bertempat di Masjid Tebuireng, Mbah Yai Idris itu bawa Kitabnya kurang lebih ada dua puluh kitab dengan syarahnya juga, di antaranya kitab-kitab hadis Shahih Bukhari, Muslim, Sunan Abu Dawud, Tafsir Jalalain, Tafsir Baghowi, Tafsir Ibnu Katsir, dan sebagainya. Kalo pagi itu beliau ngaji Kitabul Hadis, kalo setelah Zuhur Kitabut Tafassir.
Apakah ada syarat khusus?
Pernah saya mendapat firasat petunjuk lewat mimpi, dalam mimpi itu saya lihat Mbah Idris itu manggil saya “Pak Habib, saya mau datang ke rumah kamu…,” dalam hati saya bicara, apa ini pertanda bahwa saya bakal menggantikan Mbah Yai Idris.
Apa yang menjadi harapan Kiai Habib?
Harapan saya satu, bisa meneruskan jejak-jejak guru yang saya muliakan. Yang kedua ingin santri-santri besok bisa menjadi kiai-kiai yang hebat, yang bisa bermanfaat bagi masyarakat.
Apa ada kiat khusus dalam mengajar kitab Shahih Bukhari?
Pada awalnya saya berpuasa beberapa hari lalu minta ilmu kepada Allah. Dan setiap mau ngaji, saya selalu mengirimkan hadiah fatihah untuk Mbah Hasyim, terus sampai saat ini. Hasilnya setiap saya ngaji gak ada satu kalimat pun yang kecantol alias lancar-lancar saja.
Share:

Program “Nyantri” The King’s College New York di Tebuireng Ubah Pandangan tentang Islam

santri bule
santri bule

Kerja sama program “nyantri” The King’s College (TKC), New York, Amerika Serikat dengan Pesantren Tebuireng yang berlangsung pada 13-24 Meri 2017 telah memberikan kesan tersendiri bagi mahasiswa dari Negeri Paman Sam tersebut, terutama mengenai Islam. Berikut wawancara Tebuireng Online dengan beberapa mahasiswa TKC.


Why do you want to study or join this program in Tebuireng (Mengapa anda ingin belajar atau mengikuti program ini di Tebuireng)?
Rachel Cline, Junior, Religious Theological Studies and Journalism: We came to study the culture into understand more about Islam. (Kami datang untuk mempelajari budaya agar lebih mengerti tentang Islam.)
Cassidy Fahey, Fresh graduate of Politics Philosophy and Economics: I was really interested in the idea of what it looked like to integrate into Muslim community, because Dr. Carl told us, like, that the women have to wear the jilbab and wear modest clothing and would be like living amongst Muslim community. And I have interest in Islam, just like Muslim. So, I was really interested how it would that be like living in day-to-day daily life. (Saya sangat tertarik dengan gagasan tentang bagaimana rasanya menyatu ke dalam komunitas Muslim, karena Dr. Carl mengatakan kepada kami bahwa wanita harus memakai jilbab dan mengenakan pakaian sederhana dan akan tinggal di antara komunitas Muslim. Dan saya memiliki ketertarikan pada Islam seperti Muslim. Jadi saya sangat tertarik bagaimana rasanya hidup dalam kehidupan sehari-hari.)
Nick Gulley, Fresh graduate of Business Administration: I found Tebuireng very insightful for understanding Indonesian culture and Islam. (Saya menemukan Tebuireng sangat mencerahkan dalam memahami budaya Indonesia dan Islam.)
What did you think of Islam before you came to Jombang (Bagaimana menurutmu mengenai Islam sebelum datang ke Jombang)?
Rachel: I think that we only studied it from books and from very few limited interaction. But, now we’ve been able to see people practicing Islam. And it’s been really neat to understand the exactly what they have it all the practice are like they’re getting up for prayer and be fasting and work for the community. And it’s all like. (Saya pikir kita hanya mempelajarinya dari buku dan dari sedikit interaksi terbatas. Namun, sekarang kita dapat melihat orang-orang mempraktikkan Islam. Dan telah sangat baik untuk memahami dengan tepat apa yang mereka miliki dari semua praktik itu, seperti mereka bersiap untuk beribadah dan berpuasa dan bekerja untuk masyarakat. Dan semacam itu.)
Cassidy: I know a lot about like your five pillars, and practices, traditions, holiday like Ramadan, I attended mosques in America as well as to zikirs. So I have seen the religion practices, but I haven’t seen, like, it would be like day-to-day. (Saya tahu banyak tentang, seperti lima pilar (rukun Islam), praktik, tradisi, hari raya, seperti bulan Ramadhan. Saya datang ke masjid-masjid di Amerika dan juga zikir. Jadi saya telah melihat praktik agama, tapi saya belum pernah melihat dari kesehariannya.
NickI knew it was very nuance and diverse in terms of how people approached it, but overall I have a lot of respect for Islam. (Saya tahu Islam sangat bernuansa dan beragam dalam hal bagaimana pendekatan orang-orang terhadapnya namun secara keseluruhan saya sangat menghormati Islam.)
What did you get or learn after visiting Tebuireng (Apa yang anda dapatkan atau pelajari setelah mengunjungi Tebuireng)?
Rachel: I think I might just have a deeper appreciation and understanding for what Islam is. And I think that there are many things that we should implement in daily life even in Christians that Islam does really really well with forming good, have it in teaching, disciplining teaching, and throw examination of Holy scripture, and practicing prayer and fasting, and loving your neighbor well and providing one and another’s need especially in taking care of the poor. (Saya pikir saya memiliki apresiasi dan pemahaman yang lebih dalam tentang apa itu Islam. Dan saya pikir ada banyak hal yang harus kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari bahkan pada orang Kristen yang benar-benar dilakukan Islam dengan baik dengan membentuk yang baik, memilikinya dalam pengajaran, mengajarkan disiplin, dan mengadakan ujian Kitab Suci, dan beribadah dan puasa, dan mencintai sesamamu dengan baik dan memberikan kebutuhan satu sama lain terutama dalam merawat orang miskin.)
Cassidy: I think it’s a religion just like Christianity and any other religions that is religion of peace. And it’s religion that is about love, loving your neighbor and caring for them, just like Christianity. We tell to love each other even your enemy. I was really impressed by when we’re traveling how you guys would stop during prayer time and you get out and pray, like we would never do that in America. (Saya pikir itu adalah agama seperti agama Kristen dan agama lain yang merupakan agama damai. Dan ini adalah agama tentang cinta, mencintai sesama tetangga dan merawat mereka, sama seperti agama Kristen. Kita memerintahkan untuk saling mencintai bahkan musuhmu. Saya benar-benar terkesan dengan saat kita bepergian bagaimana kalian akan berhenti saat sholat dan kalian keluar dan berdoa. Kita tidak akan pernah melakukannya di Amerika.)
NickI learned a lot about how a moderate yet devout Islamic nation can work in light of the extremism and liberalism westerners are familiar with. (Saya belajar banyak mengenai bagaimana sebuah negara Islam moderat namun taat dapat bekerja berhubungan dengan  ekstrimisme dan liberalisme yang akrab dengan orang Barat.)
What’s your impression of this trip (Bagaimana kesanmu terhadap perjalanan ini)?
Rachel: I loved it. I feel very honoured and very grateful to be able to come and to meet everyone and to experience everything that we’re able to experience. And we really enjoy being able to go to all of different pesantrens and hear from the leaders and really understand Islam educations and to see different mosques and understand prayer and just being able to meet everyone. I really enjoyed it. (Aku menyukainya. Saya merasa sangat terhormat dan sangat bersyukur dapat datang dan bertemu dengan semua orang dan untuk mengalami semua hal yang dapat kami alam. Dan kami sangat menikmati dapat pergi ke semua pesantren yang berbeda, dan mendengar dari para pemimpin, dan sangat memahami pendidikan Islam, dan melihat masjid yang berbeda, dan memahami ibadah dan dapat bertemu semua orang. Saya sangat menikmatinya.)
Cassidy: I really hope it continues. I really hope they get funding for another group of students to come because I think this could be so life-changing to others. Because, I think it will get break down barriers for people what they think of Islam. We learned a lot about it and we learned about like the veil and everything. We formed opinion. But like interacting with you or like other Muslims that, just like, takes our impression away. You know, I don’t think, like the veil was a very terrible thing like I minded of. So, I think it can really tell people who come to this in this program, like Islam is a peaceful religion and it’s something that is practiced and is not evil or like terrorist organization. I think when you see someone who lives this out day-to-day, it’s like you’re human, I am human. We are all fundamental human. (Saya sangat berharap terus berlanjut. Saya sangat berharap mereka mendapatkan dana untuk kelompok pelajar lain yang akan datang karena saya pikir ini dapat mengubah hidup orang lain. Karena, menurut saya ini akan meruntuhkan penghalang bagi orang-orang tentang apa yang mereka pikirkan tentang Islam. Kami belajar banyak tentang hal itu dan kami belajar tentang seperti jilbab dan segalanya. Kami membentuk opini. Tapi seperti berinteraksi denganmu atau seperti orang Muslim lainnya, seperti mengubah kesan kami. Anda tahu, saya tidak berpikir, seperti kerudung adalah hal yang sangat mengerikan seperti yang saya pikirkan sebelumnya. Jadi, saya pikir itu benar-benar dapat memberi tahu orang-orang yang datang ke program ini, seperti Islam adalah agama yang damai dan ini adalah sesuatu yang dipraktikkan dan tidak jahat atau seperti organisasi teroris. Saya pikir ketika anda melihat seseorang yang menjalani ini dari hari ke hari, ini seperti anda manusia, saya manusia. Kita semua pada dasarnya manusia.)
NickFor a new venture I found it successful, and I think it can get even better over time. (Untuk suatu usaha yang baru, saya menemukannya sukkses, dan saya pikir ini dapat menjadi lebih bagus dengan seiring waktu berjalan.)

What will you miss the most about Indonesia (Apa yang akan paling anda rindukan mengenai Indonesia)?
Rachel: Definitely, the people, like you. Aku akan merindukanmu. And all the food. And mostly the people. And the country itself. I just really like the how everything’s just so close and everything is in walking distance like whether food stands and pesantren and everything just very tightened. And I think I’m gonna miss the feel of always having people around who know you in care about you. And having open door policy, like in the Western don’t really think that we have that kind of open door you can pop in and I make you the coffee. That kind of feel. (Pastinya, orang-orang, sepertimu. Aku akan merindukanmu. Dan semua makanannya. Dan terutamanya orang-orangnya. Dan negaranya. Saya suka bagaimana semuanya begitu dekat dan semuanya dalam jarak jalan kaki, seperti warung makan dan pesantren dan semuanya sangat rapat. Dan saya pikir saya akan merindukan nuansa, di mana selalu ada orang-orang yang mengenal anda dan merawat anda. Dan memiliki kebijakan pintu terbuka, seperti di Barat tidak benar-benar berpikir bahwa kita memiliki pintu terbuka semacam itu yang Anda dapat masuk dan saya membuatkan kopi. Perasaan yang seperti itu.)
NickI miss the food and the scenery. (Saya merindukan makanan dan pemandangannya.)
What will you tell the world if you get a chance to tell your experience in term of Islam in Indonesia (Apa yang akan anda ceritakan pada dunia jika anda mendapatkan kesempatan untuk menceritakan pengalamanmu mengenai Islam di Indonesia?
Rachel: I think I would like tell to people who have misconception about what Islam is, about how beautiful of the people and religion itself is. And tell them that like they have misconception that all Muslims are terrorist. And tell them that is absolutely not true. And show pictures from the trip and explain what Islam education is and what the practices that Muslims engaging are. And really tell them they could learn a lot from Islam. And explain the ways the best they could. And I would like to tell them that they should come to Indonesia and meet you all. (Saya pikir saya ingin mengatakan kepada orang-orang yang memiliki kesalahpahaman tentang apa itu Islam, tentang betapa indahnya orang dan agama itu. Dan mengatakan kepada mereka bahwa mereka telah mempunyai kesalahpahaman bahwa semua Muslim adalah teroris. Dan mengatakan kepada mereka bahwa hal itu sama sekali tidak benar. Dan menunjukkan gambar dari perjalanan dan menjelaskan apa itu pendidikan Islam dan  praktik-praktik apa Muslim terlibat. Dan benar-benar mengatakan kepada mereka bahwa mereka bisa belajar banyak dari Islam. Dan jelaskan cara terbaik yang bisa mereka lakukan. Dan saya ingin mereka agar datang ke Indonesia dan menemui anda semua.)
Cassidy: I’ll say that we need to love each other. We need to be kind to each other. We need to be open-minded and just like listening to people and hearing their stories because we share similar experience. We have the same dreams and same fears. And we should not be closed off and build the gate. (Saya akan berkata bahwa kita harus mencintai sesama. Kita harus ramah terhadap satu dengan yang lain. Kita harus berpandangan terbuka dan mendengarkan orang-orang dan ceritanya karena kita mempunyai kemiripan pengalaman. Kita mempunyai impian yang sama dan ketakutan yang sama. Dan kita harus tidak tertutup dan membangun gerbang.)
NickI would tell the world they need to pay attention to how Indonesia approaches Islam, as they seem to have struck a balance between western values and Islamic practices. (Saya akan mengatakan ke dunia, mereka harus memperhatikan bagaimana Indonesia mendekati Islam sebagaimana mereka terlihat telah mencapai keseimbangan antara nilai Barat dan praktik-praktik Islam.)

What messange do you want to leave for the world (Pesan apa yang ingin kamu titipkan pada dunia)?
Rachel: Love God, love people, and work with the excellence. (Cintai Tuhan, cintai manusia, dan kerja dengan keunggulan.)
Cassidy: Take the time to listen to a person’s story because it feels similar thing that you have feel whether loneliness, fear, excitement, dreaming. We’re all human. We deserve respect and love. (Luangkan waktu untuk mendengarkan cerita seseorang karena merasakan hal yang sama seperti yang kamu rasakan, apakah kesepian, ketakutan, kegembiraan, dan mimpi. Kita semua manusia. Kita pantas dihormati dan dicintai.)
Nick: You don’t know people until you visit where they live. (Kamu tidak mengerti orang hingga kamu berkunjung di mana mereka tinggal.)
Share:

Cak Jahlun Dipanggil Tuhan


Sepulang sekolah terlihat 4 (empat) orang santri sedang terlibat perbincangan yang kayaknya agak serius. Mereka adalah Paijo, Gombloh, Badrun, dan tentu saja Cak Jahlun. Ternyata mereka sedang membanggakan ayah mereka masing-masing.
Paijo            : “Tadi Pagi, ayahku dipangil Bapak Bupati ke Kantornya (berbangga diri)”
Gombloh     : “Kalau kemarin ayahku dipanggil oleh Bapak Gubernur (tidak mau kalah)”
Badrun        : “Seminggu yang lalu, seorang menteri datang ke rumahku, beliau meminta ayahku berkenan menemui bapak presiden di istana Negara (merasa menang)”
Cak Jahlun: “Wah.. itu belum seberapa.. masih kalah semua dengan ayahku, kalau ayahku kemarin dipanggil oleh Tuhan (sambil berlalu)”
Paijo, Gombloh, Badrun: “(Bengong)”Cak jahlun
Share:

Kewajiban Iman kepada Nabi Muhammad SAW

Oleh: Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari
k.h hasyim asy'ari
k.h hasyim asy'ari

 
Setelah mengenal Allah SWT dan beriman kepada-Nya, setiap mukallaf wajib beriman kepada Rasulullah SAW dan mempercayai apa yang dibawa dari Tuhannya. (Karena beriman kepada Rasulullah SAW dan kepada semua Rasul merupakan salah satu rukun iman yang enam. Sebagaimana yang telah diterangkan oleh Rasulullah SAW. ketika menjawab pertanyaan Jibril as. dalam sebuah hadis yang panjang, yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dalam kitab Shahihnya).
Allah Ta’ala berfirman :
فَآَمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَالنُّورِ الَّذِي أَنْزَلْنَا وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
“Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada cahaya (Al-Quran) yang telah Kami turunkan. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.[1]
Allah Ta’ala berfirman :
إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا. لِتُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُعَزِّرُوهُ وَتُوَقِّرُوهُ وَتُسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا.
“Sesungguhnya Kami mengutus kamu sebagai saksi, pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, supaya kamu sekalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, menguatkan (agama)-Nya, membesarkan-Nya. Dan bertasbih kepada-Nya di waktu pagi dan petang”[2].
Allah Ta’ala berfirman :
فَآَمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ النَّبِيِّ الْأُمِّيِّ الَّذِي يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَكَلِمَاتِهِ وَاتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُون.
“Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk.”.[3]
Allah Ta’ala berfirman :
وَمَنْ لَمْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ فَإِنَّا أَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ سَعِيرًا.
“Dan barangsiapa yang tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya Kami menyediakan untuk orang-orang yang kafir neraka yang bernyala-nyala”. [4]
Diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah ra. beliau berkata: “Rasulullah SAW bersabda :
أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوا أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَيُؤْمِنُوا بِى وَبِمَا جِئْتُ بِهِ فَإِذَا فَعَلُوا ذَلِكَ عَصَمُوا مِنِّى دِمَاءَهُمْ وَحِسَابُهُمْ عَلَى اللَّهِ
“Saya diperintahkan oleh Allah untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa, tidak ada tuhan yang wajib disembah selain Allah dan beriman kepada-Ku dan beriman kepada apa yang saya bawa. Jika mereka melakukan itu, maka terlindungilah darah mereka dariku, dan hisab mereka diserahkan kepada Allah”.[5]
Maka beriman kepada Nabi Muhammad SAW adalah fardlu ain (wajib bagi setiap muslim), dan tidak sempurna iman (seorang muslim) secara syar’i kecuali dengan beriman kepada Nabi SAW dan tidak sah Islamnya kecuali dengan beriman kepadanya SAW
Adapun makna beriman kepada Nabi Muhammad SAW adalah dengan mempercayai kenabiannya dan kerasulannya, dan mempercayai semua yang dibawa dari Allah, serta mempercayai apa saja yang disabdakannya. Adapun persaksian lisan yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah adalah merupakan ungkapan yang sesuai dengan keyakinan hati yang mempercayai kerasulan itu. Maka jika keyakinan hati yang mempercayai kerasulan itu bersatu dengan ucapan persaksian lisan, maka sempurnalah iman dan keyakinannya.
Diceritakan dalam sebuah hadisnya Jibril as. ketika berkata kepada Nabi SAW:
أَخْبِرْنِى عَنِ الإِسْلاَمِ ! أَنَّهُ  صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ …  
”Ceritakanlah kepada saya tentang Islam!”. Lalu Nabi SAW bersabda : ”Hendaklah kamu bersaksi bahwa, tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah….”. [6]
Kemudian Jibril as. menanyakan tentang “iman”. Jawab beliau SAW :
أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِه ….
“Hendaklah kamu beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan para Rasul-Nya … “. [7]
Dalam hadis di atas, Nabi SAW telah menetapkan bahwa, iman kepada Nabi SAW membutuhkan keyakinan dalam hati. Demikian juga Islam membutuhkan pengucapan dengan lisan. Maka persaksian dengan lisan tanpa keyakinan dalam hati adalah kemunafikan yang nyata, wal ‘iyadzu billah. Allah Ta’ala berfirman :
إِذَا جَاءَكَ الْمُنَافِقُونَ قَالُوا نَشْهَدُ إِنَّكَ لَرَسُولُ اللَّهِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِنَّكَ لَرَسُولُهُ وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَكَاذِبُونَ اتَّخَذُوا أَيْمَانَهُمْ جُنَّةً فَصَدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ إِنَّهُمْ سَاءَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ آَمَنُوا ثُمَّ كَفَرُوا فَطُبِعَ عَلَى قُلُوبِهِمْ فَهُمْ لَا يَفْقَهُونَ
“Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: “Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah.” Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui, bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta. Mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan. Yang demikian itu adalah karena bahwa sesungguhnya mereka telah beriman, kemudian menjadi kafir (lagi) lalu hati mereka dikunci mati; karena itu mereka tidak dapat mengerti”.[8]

[1] At Taghabun ayat 8.
[2] Al Fath ayat 8 – 9
[3] Al A’raf ayat 158.
[4] Al Fath ayat 13.
[5] Hadis riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim.
[6] Hadis riwayat Imam Muslim.
[7] Idem
[8] Al Munafiqun ayat 1 -3.

*Diterjemahkan oleh Ustadz Zainur Ridlo, M.Pd.I. dari kitab Nur al-Mubin fi Mahabbati Sayyidi al-Mursalin karya Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari
Share:

Dewi Yukha Nida, Santri PP. Walisongo Berprestasi untuk Negeri

dewi Yukha
dewi Yukha


Nama               : Dewi Yukha Nida
TTL                   : Trenggalek, 25 Desember 1997
Alamat              : Ngadisuko, Durenan, Trenggalek, Jatim
Hobi                  : Membaca
Cita-cita            : Ingin membumikan Al Quran di masyarakat
Pendidikan         : SDN 1 Ngadisuko
                          SMP Islam Durenan
                          MA Perguruan Mu’allimat
                          Mahasiswi Fak. Tarbiyah Universitas Hasyim Asy’ari
Pesan              :  Hasil yang luar biasa itu tidak akan diperoleh                                    kecuali dengan usaha yang luar biasa pula
Prestasi            :
Bintang Tahfid di MHQ PPP. Walisongo tahun 2014
Wisudawati terbaik tahun 2015
Bintang Tahfid MA Perguruan Mu’allimat 2015/ 2016
Juara II 30 Juz CCQ BKMA se-Jombang tahun 2014
Juara III MTQ 30 Juz Tafsir Bhs. Arab tingkat Provinsi di Banyuwangi tahun 2015
Juara II MTQ 30 Juz tingkat Provinsi di Banten 2016
Juara III MTQ 30 Juz tingkat Provinsi di Papua Barat tahun 2016
Juara II MTQ 30 Juz tingkat Nasional di NTB mewakili Banten tahun 2016
Juara harapan III MTQ 30 Juz tingkat Internasional Yordania tahun 2017
Dewi Yukha Nida, santri Walisongo sekaligus pembimbing mabna Tsani’, yang telah menorehkan berbagai prestasi dalam bidang Al Quran. Beliau Istiqomah menyempatkan waktu untuk murajaah hafalannya. Dan pada akhirnya santri yang biasa dipanggil Ustadzah Nida ini berhasil meraih prestasi diberbagai kategori lomba Al Quran sampai tingkat Internasional. Santri yang sempat mewakili Indonesia dalam lomba MTQ Internasional di Yordania ini patut menjadi figur para santri. Untuk mengenal lebih dalam, simak wawancara Roja dan Fani dari tim redaksi Uswah berikut ini:
  1. Apa kegiatan yang ustadzah lakukan saat ini?
Kegiatan saya sekarang kuliah, selain itu saya juga menerima setoran Al Quran di Pondok Pesantren Putri Walisongo.
  1. Sejak kapan ustadzah mulai menghafal Al Quran?
Sebenarnya saya mulai menghafal sejak saya masih MTs, saat itu saya baru dapat 7 Juz. Kemudian saya di sini satu setengah tahun khatam. Jadi total saya menghafal kira-kira dua tahun.
  1. Bagaimana metode ustadzah dalam menghafal Al Quran?
Sebenarnya saya menghafal secara manual, sama seperti teman-teman. Menurut saya lebih bagus cara menghafal anak-anak PQ (Program Quran) santri Walisongo dari pada saya.  Sehari saya muraja’ah 10 halaman (pojok), jadi satu bulannya saya dapat 8 Juz. Kalau tambahannya satu hari 1 pojok, jadi satu bulan saya dapat 2 Juz.
  1. Bagaimana cara ustadzah menjaga hafalan agar tidak mudah hilang?
Yang pertama pastinya istiqomah, saya juga tidak pernah tahu dulu itu juga proses, dari yang tidak lancar sampai lancar juga proses, dan saya dulu sempat berpikir “bisa lancar gak ya?” tapi saya jalani. Dan setelah khatam, nderesnya sehari biasanya dapat 3 Juz (Juz 1, 11, 21) begitu seterusnya sampai satu bulan saya khatam 3 kali. Karena saking seringnya di muraja’ah, saya mulai bisa baca dua hari sekali khatam. Alhamdulillah dari situ saya mulai merasa menghafal itu ringan.
  1. Bagaimana cara ustadzah menjaga keistiqomahan dalam menghafal?
Pastinya dengan niat yang kuat. Dan setiap minggu orang tua selalu menelpon, dan berpesan “kamu harus yakin, dengan Al Quran kamu akan mulia dan ingat  mengejar sesuatu itu harus nekat kalau gak nekat sampean gak akan bisa sampek lancar,” saya sering dapat motivasi dari orang tua juga.
  1. Terkadang santri mengatakan “ngantuk disaat ngaji” bagaimana menurut ustadzah?
Saya juga pernah tapi biasanya saya wudlu, kemudian kalau masih mengantuk ngajinya sambil berdiri, kalau tidak mengajak teman ngaji bareng atau semak-semakan.
  1. Halangan apa yang pernah ustadzah alami saat menghafal?
Kalau anak-anak bilang lawan jenis, saya tidak pernah, mungkin sakit jadi ngajinya agak terkurangi. Kalau malas pernah, tapi karena tekad jadi malasnya 1-2 hari, nanti hari ke-3 bangkit lagi. Alhamdulillah selama saya menghafal target saya pasti terpenuhi dan tidak pernah meleset, seumpama target saya khatam Desember tahun 2014, saya khatam tepat waktu, waktu itu usia saya 17 tahun bulan Desember 2014 saya khatam, dan saya juga punya target satu bulan tambahan 2 Juz. Alhamdulillah sekali lagi karena tekad yang kuat dan doa orang tua yang tidak pernah terelakkan.
  1. Bagaimana target atau harapan ustadzah ke depannya?
Setelah Al Quran lancar sebenarnya saya mau belajar kitab, sebenernya kelas 3 saya ingin masuk ke kitab tapi karena saya diminta tolong untuk nyimak anak-anak, jadi saya nyimak dan insyaallah nanti ke depannya kalau MHQ 30 Juz tuntas, saya mau belajar kitab.
  1. Bisa diceritakan bagaimana proses ustadzah bisa mengikuti lomba MTQ Nasional?
Perjalanan saya untuk mengikuti lomba ke tingkat nasional itu awalnya dari Banten, sebenarnya banyak tawaran dari Bengkulu, Papua Barat, dan Banten hanya saya merasa lebih enak di Banten jadi saya memilih di Banten.
  1. Apakah ustadzah mempunyai ritual khusus sebelum mengikuti lomba?
Hanya baca-baca doa seperti surat Al-Insyirah, Ayat Kursi, robbisy-rohlii, dan amalan sehari-hari. Tapi yang terpenting latihan yang tekun, tidak pantang menyerah, dan ridho orang tua serta guru yang membuat saya yakin akan semuanya.
  1. Apa yang ustadzah rasakan ketika mendapat juara nasional?
Alhamdulillah, bersyukur saya bisa menjadi juara nasional hadza min fadli rabbi (ini adalah anugerah dari Tuhanku), dan yang saya pikirkan ketika juara nasional saya yakin suatu saat saya bisa mewakili Indonesia di tingkat internasional. Alhamdulillah saya juga senang bisa membawa nama baik Walisongo, saya ini made in Walisongo, Qurannya ala pondok Walisongo, jadi saya bisa mengenalkan “ini lo Walisongo” di MTQ Nasional.
  1. Apa pesan ustadzah untuk teman-teman santri?
Kebetulan saya punya kata-kata ada di bait Alfiyah yang ke -110 kalau tidak salah, yang artinya “Sesuatu yang mengiringi mudhof (kyai) yakni mudhofilaih (santri) akan menjadi pengganti mudhof dalam i’rab-nya saat mudhof terbuang. Untuk para penghafal Al Quran Openono Qur’anmu lek pengen di openi gust Allah. Ustadz saya juga pernah mengatakan “Sejauh mana kita memperhatikan Al Quran, sejauh itu pula Allah memperhatikan kita.”
Share:

Gus Sholah Ajak Jaga Spirit Ramadhan

gus sholah
Gus Sholah


Kaum muslimin telah rampung menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Namun spirit puasa hendaknya tetap dilanjutkan pada bulan berikutnya.
Ajakan ini disampaikan KH. Salahuddin Wahid selaku Pengasuh Pesantren Tebuireng Jombang, Sabtu (01/07/2017) pagi. Hal itu disampaikan Gus Sholah, sapaan akrabnya pada acara silaturahim dan halal bihalal bersama pengasuh dengan seluruh dewan guru dan karyawan pesantren setempat.
“Kita lanjutkan dengan puasa yang lain,” kata adik kandung KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur tersebut.
Puasa yang dimaksud adalah puasa batin dan pikiran yang tidak semata kegiatan fisik berupa menahan makan dan minum. “Itulah yang dapat kita petik dari puasa sebulan lalu,” kata cucu Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari tersebut.
Bagi putra pahlawan nasional KH. Wahid Hasyim ini, melanjutkan puasa seperti itu tidaklah mudah. “Akan tetapi, itulah makna puasa yang sesungguhnya,” ujarnya.
Gus Sholah tidak bisa menyembunyikan keresahannya lantaran justru kalau Ramadhan, ada saja pejabat yang melakukan perbuatan menyimpang. “Bulan Ramadhan kok malah tertangkap KPK,” sergahnya.
Mantan Wakil Ketua Komnas HAM ini menandaskan bahwa para pejabat dan wakil rakyat yang tertangkap mungkin saja tengah menjalankan puasa. “Tapi yang puasa hanya mulutnya,” tukasnya.
Oleh sebab itu, umat Islam harus terus menjaga spirit puasa usai Ramadhan. “Agar mampu meraih derajat sebagai hamba yang bertakwa,” pungkasnya.
Share:

Gus Sholah Puasa dan Ibadah Sosial


gus sholah
Gus Sholah




Oleh: KH. Dr. Ir. Salahuddin Wahid

Alkisah, suatu ketika Nabi Musa berjalan menuju Bukit Sinai tempat di mana ia menerima perintah-perintah Tuhan.
Dalam perjalanan, ia bertemu dengan seorang abid (ahli ibadah) yang sedang uzlah (menjauh dari keramaian). Sang abid yang tahu bahwa Nabi Musa akan menghadap Allah SWT memohon supaya ditanyakan di surga tingkat berapa ia nanti akan ditempatkan di akhirat. Nabi Musa bertanya bagaimana sang abid itu begitu yakin akan masuk surga. Sang abid menjawab, ia sudah 40 tahun mengasingkan diri dari hiruk pikuk dunia. Ia tidak pernah berbuat dosa, hanya berzikir dan beribadah kepada Allah.
Nabi Musa melapor kepada Allah bahwa di tengah perjalanan ia bertemu abid yang mohon jawaban di surga tingkat berapakah ia akan ditempatkan. Jawab Allah: sampaikan kepadanya bahwa tempatnya di neraka.
Nabi Musa pulang dan menemui sang abid yang dengan semangat dan penuh optimisme lalu bertanya, di lantai berapa tempatnya di surga. Nabi Musa lama berdiam diri karena sulit menjawab. Lalu Nabi Musa menjawab bahwa abid itu harus sabar karena akan ditempatkan di neraka.
Sang abid tak percaya dirinya yang sudah beribadah selama 40 tahun harus masuk neraka. Ia lalu berkata, mungkin Nabi Musa salah dengar dan mengusulkan  Nabi Musa menghadap Allah lagi dan memastikan di surga tingkat berapa abid itu akan ditempatkan. Nabi Musa, yang berpikir mungkin dirinya salah dengar, menghadap Allah lagi.
Nabi Musa matur bahwa ia ingin kejelasan apa benar sang abid akan dimasukkan ke neraka? Jawab Allah, katakan bahwa tempatnya nanti di surga. Tadinya Aku mau menempatkannya di neraka karena Aku menciptakan manusia bukan untuk bersikap egoistis, termasuk karena alasan spiritual. Aku menciptakan manusia untuk membantu manusia lain. Abid itu bukan mendekatkan dirinya pada-Ku, tetapi melarikan diri dari kehidupan yang nyata.
Ya Allah, secepat itukah keputusan-Mu berubah? Jawab Allah, pada saat engkau menuju ke sini lagi, Abid itu tersungkur dan menangis tersedu-sedu. Ia memohon kepada-Ku kalau ia ditempatkan di neraka, supaya tubuhnya dijadikan sebesar neraka, supaya tidak ada orang lain yang masuk ke dalam neraka kecuali dirinya. Ketika memohon seperti itu, ia tidak egoistis lagi, tetapi telah mementingkan orang lain.
Ibadah sosial
Pesan dari kisah di atas ialah bahwa  ibadah mahda (ritual) dan ibadah sosial tak dapat dipisahkan, keduanya harus dijalankan. Kita tak boleh hanya menjalankan salah satunya. Banyak kita lihat orang yang rajin dan tekun menjalankan ibadah mahda, tetapi melalaikan ibadah sosial. Sebaliknya ada orang yang melalaikan ibadah mahda, seperti shalat, puasa, zakat, haji, tetapi aktif dalam ibadah sosial, seperti membantu kaum lemah atau ibadah sosial lain.
Ibadah mahda yang bersifat hubungan pribadi antara manusia dan Allah  adalah ibadah yang pahalanya untuk diri sendiri. Sementara ibadah sosial itu sifatnya memang hubungan antarmanusia, tetapi juga mengandung hubungan dengan Allah.
Menarik untuk diperhatikan, Islam mengatur bahwa ibadah mahda bisa diganti dengan amal sosial, sebagai contoh bahwa orang yang tidak kuat untuk berpuasa karena alasan yang benar bisa mengganti puasa itu dengan membayar fidyah, tetapi orang yang tidak membayar zakat tidak bisa menggantinya dengan shalat atau puasa.
Puasa Ramadhan sebagai ibadah mahda diharapkan memberi dampak berupa ibadah sosial bagi yang berpuasa. Dalam berpuasa, kita merasakan lapar yang bersifat sementara karena setelah tiba waktu maghrib kita bisa makan dan minum. Dengan merasakan lapar bersifat sementara itu, diharapkan kita bisa merasakan beratnya rasa lapar permanen yang dirasakan oleh orang yang tidak punya cukup uang untuk membeli makanan. Dampak yang diharapkan ialah kita mau membantu orang yang kekurangan. Namun, tidak semua orang berpuasa Ramadhan bisa memperoleh dampak positif itu.
Dalam surah Al-Ma’un ditentukan orang yang mendustakan agama ialah orang mengusir anak yatim dan tak menganjurkan (tentu juga melakukan) memberi makan orang miskin. Dan juga ditentukan bahwa celakalah orang yang shalat, tetapi melalaikan shalatnya, yaitu orang yang riya (yang ingin dipuji) dan enggan bersedekah. Surah ini seyogianya menggarisbawahi dampak positif puasa yang berbentuk kepedulian terhadap orang yang sulit memperoleh makanan.
Kondisi terkini
Berdasarkan data yang ada, di Indonesia masih banyak rakyat bergizi buruk atau kekurangan gizi, belasan persen dari jumlah penduduk. Dan, tampaknya banyak umat Islam yang mampu secara ekonomi belum membantu kaum fakir sebagaimana mestinya. Mungkin juga tidak banyak yang bertanya kepada dirinya sendiri apakah dia termasuk orang yang bisa disebut sebagai pendusta agama karena tidak memberi makan orang kekurangan gizi yang tinggal tidak jauh dari rumahnya.
Saya ingin mengemukakan dua fakta sebagai gambaran kondisi kita. Menurut penelitian Bank Pembangunan Islam (IDB), potensi ZIS (zakat, infak, sedekah) di Indonesia di atas Rp 200 triliun). Pada 2016, dana ZIS yang terkumpul melalui LAZ/BAZ berjumlah sekitar Rp 5 triliun. Mungkin yang menyalurkan ZIS tak melalui LAZ/BAZ juga sebesar Rp 5 triliun. Keseluruhannya sekitar Rp 10 triliun. Dibandingkan dengan Rp 200 triliun, jumlah itu hanya mencapai 5 persen.
Jumlah yang pergi umrah setiap tahun mencapai satu juta orang. Kalau satu orang membayar 2.000 dollar AS, dana untuk pergi umrah per tahun mencapai 2 miliar dollar AS atau sekitar 27 triliun rupiah. Ibadah umrah yang, menurut saya, prioritasnya ada di bawah ZIS ternyata mampu menarik dana dari rekening Muslimin Indonesia hampir tiga kali lipat jumlah dana ZIS  per tahun. Sekali lagi,  ibadah mahda lebih menarik, lebih nikmat dan dianggap lebih utama dibandingkan dengan ibadah sosial.
Saya menduga banyak umat Islam yang belum atau tidak sepenuhnya menyadari arti penting dari apa yang dikemukakan di atas. Kalau mereka sering diingatkan, insyaallah mereka akan tergerak untuk mau membantu saudara seagama atau saudara sebangsa yang mengalami kekurangan gizi dan kekurangan lain. Mungkin diperlukan suatu sistem yang membantu memudahkan Muslimin untuk bisa membantu orang yang kekurangan gizi di sekitar lingkungan di mana dia tinggal.

Tulisan ini pernah dimuat di harian Kompas, pada 9 Juni 2017, dimuat ulang untuk keperluan pendidikan.
Share:

Rincian dana Daftar Ulang Biaya Pendidikan di pesantren tebuireng jawa timur Jombang tahun 2016 - 2017

Rincian belanja Daftar Ulang Biaya Pendidikan di pp tebuireng Jombang tahun 2016 - 2017


biaya pondok


biaya mondok


biaya di tebuireng

Share:

Rincian anggaran Daftar Ulang Biaya Pendidikan di ponpes tebuireng putri Jombang tahun 2016 - 2017

Rincian bayaran Daftar Ulang Biaya Pendidikan di tebuireng jombang Jombang tahun 2016 - 2017


biaya pondok


biaya mondok


biaya di tebuireng

Share:

Postingan Populer

Blog Archive

Arsip Blog