Pelatihan Jurnalistik |
Dalam kegiatan Pesantren Ramadhan Bahagia 1438 H. di Islamic Center Masjid Baitul Mu’minin Jombang pada Sabtu-Ahad (17-18/06/2017), Pimpinan Cabang (PC) Iikatan Pelajar NU (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri NU (IPPNU) Jombang membekali kader-kadernya dengan ilmu jurnalistik.
Untuk materi ini, panitia mengundang dua
pemateri, yaitu Mantan Redaktur Jawa Pos, H. Nur Hidayat dan Kepala
Unit Penerbitan Pesantren Tebuireng, Ahmad Faozan.
Di depan kader-kader muda IPNU-IPPNU, H.
Nur Hidayat atau yang biasa disapa Gus Dayat menjelaskan bahwa
jurnalistik adalah kegiatan penyiapan, peliputan, penulisan dan
penyajian berita.
“Kalau mau menggeluti dunia jurnalistik,
harus mau keluar untuk mencari berita. Jika mencari berita, jangan
mencari berita karena suka atau tidak suka,” ungkap mantan ketua PW IPNU
Jawa Timur tahun 2003-2005 itu.
“Kalau pemuda IPNU IPPNU ditanya
bagaimana menjadi jurnalis? Jurnalis itu harus jujur, dan setia pada
fakta. Penting atau tidak menjadi seorang jurnalis? Jawabannya sangat
penting menjadi seorang jurnalis,” tambah pria yang kini dipercaya
mengurus bidang kehumasan di Pesantren Tebuireng itu.
“Dalam menyampaikan berita itu harus
menarik, dan berita itu harus menceritakan sesuatu yang baru. Misalnya
ada anjing menggigit orang, itu bukan berita. Tetapi jika ada orang
menggigit anjing itu bisa dinamakan berita,” jelas pria asal Mojokerto
itu.
Sementara itu, pada Ahad (18/06/2017),
Ahmad Faozan menyampaikan bahwa jurnalis yang baik adalah yang mengerti
kaidah-kaidah jurnalistik secara baik dan benar. Jika Gus Dayat fokus
pada news (berita), maka Ahmad Faozan fokus pada views seperti opini esai dan resensi.
Ia juga mengungkapkan manfaat menjadi
penulis, di antaranya karyanya akan abadi, dapat menyampaikan pemikiran
kepada banyak orang, dan dapat fleksibel dengan berbagai profesi. Jika
seseorang hanya ngomong saja, maka profesinya terbatas,” tambahnya.
Selain itu, menurutnya, kemampuan
menulis harus diasah, tidak terlalu fokus pada teori, dan memperbanyak
membaca. Namun, lanjutnya, modal yang paling penting untuk menulis,
yaitu memiliki kemauan terlebih dahulu.
“Empat kesusahan dalam menulis, tidak
memiliki kemauan, tidak memiliki tema, tidak memiliki waktu yang cukup,
dan tidak suka membaca,” ungkapnya.
Ia memaparkan pula tentang jenis-jenis artikel, seperti artikel
prediktif (prediksi masa depan), prestkriptif (penyuluhan terhadap
masalah), eksploratif (mengungkapkan fakta berdasarkan kajian),
deskriptif (menggambarkan masalah dengan tambahan opini), dan eksplantif
(memberi jawaban atas persoalan).
Ia mengatakan bahwa menulis itu mudah
jika memiliki kesungguhan. “Menulis itu jalan dakwah potensial. Tebarkan
kata-kata positif dalam ruang medsosmu, mulai sekarang tulis status
yang positif,” pesannya.
Untuk itu ia berpesan agar para kader
IPNU-IPPNU, dalam meningkatkan motivasi menulis, harus banyak membaca
buku, diskusi, ikut kegiatan intelektual, dan sharing dengan penulis yang lebih mahir. “Setelah mendapat ide, maka tulislah. Yang penting dicatat,” pungkasnya.
No comments:
Post a Comment