Mensos dan Putera-Puteri “Pendiri Bangsa” Bacakan Testimoni Kebangsaan di Tebuireng
Menteri Sosial dan sejumlah putera-puteri “Pendiri Bangsa” memberikan terstimoni kebangsaan di Pesantren Tebuireng, pada Ahad (13/08/2017). |
Tebuireng.online—
Menyongsong Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia (RI) ke-72,
sejumlah putera-puteri pendiri bangsa Indonesia berkumpul dan saling
membacakan testimoni kebangsaan dalam acara “Pertemuan Putera Puteri
Pendiri Bangsa dan Tokoh Lintas Agama Bersama Menteri Sosial RI” yang
digelar di Aula Bachir Ahmad Gedung KH. M. Yusuf Hasyim Lantai 3,
Tebuireng Jombang pada Ahad (13/08/2017) siang.
Hari kemerdekaan bangsa Indonesia yang
akan diperingati tanggal 17 Agustus itu, diharapkan bukan hanya menjadi
seremonial semata, namun sebagai refleksi dan penyadaran bahwa para founding fathers
itu merebut kemerdekaan tidak sekedar membalikkan telapak tangan.
Sehingga tidak akan ada yang berfikir untuk merubah ideologi pancasila.
Hadir pada kesempatan tersebut, Menteri
Sosial (Mensos) RI Hj. Khofifah Indar Parawansah, Pengasuh Pesantren
Tebuireng KH. Salahuddin Wahid beserta Ibu Nyai Hj. Faridah Salahuddin
Wahid, Pengasuh Pondok Pesantren Barul Ulum Tambakberas KH. Hasib Wahab
Hasbullah, Wabup Jombang Hj. Mundjidah Wahab, Muhammad Afnan Hadi
Kusumo, Meutia Hatta Swasono, M.A Rohadi Subarjo, Nugroho Ali Kusno,
S.R. Handini Maramis, Agus Susanto (Kristen), dan Kartijo Salam Raharjo
(Hindu).
Mensos Khofifah Indar Parawansah
mengatakan bahwa terselenggaranya acara tersebut adalah untuk memanggil
memori dan saling introspeksi diri sebagai anak bangsa.
“Tanpa ada persatuan maka Maluku akan
menjadi Maluku, Sulawesi akan menjadi Sulawesi, Kalimantan akan menjadi
Kalimantan, Jawa akan menjadi Jawa, artinya bukan Indonesia. Persatuan
harus ada ego yang diletakkan,” ujar Mensos Khofifah.
Senada dengan hal itu, KH Salahuddin
Wahid atau yang akrab disapa Gus Sholah itu, juga mengungkapkan bahwa
kebhinnekaan bangsa Indonesia dalam segala sisi adalah Sunnatullah.
“Kebinekaan dalam aspek agama suku etnis adalah sunatullah,
tokoh-tokoh agama itu juga memberikan sumbangsih untuk kemerdekaan
Republik Indonesia ini,” terang Gus Sholah yang juga putera Pahlawan
Nasional KH. Wahid Hasyim.
Begitu
juga dengan putera salah satu Panitia Sembilan Ahmad Subarjo, yakni M.A
Rohadi Subarjo yang mengungkapkan bahwa apa yang dicita-citakan para
pendiri bangsa belum sepenuhnya terwujud. Menurutnya, pembentukan
karakter bangsa harus ditekankan lebih masif agar menurutnya bangsa
Indonesia tidak akan kehilangan jati dirinya.
”Kami melihat bahwa apa yang
dicita-citakan belum sepenuhnya terwujud. Bagaimama kita membangun
bangsa yang besar jika kita tidak punya watak? Di kota sudah banyak yang
menggunakan bahasa asing ketika berkomunikasi,” pungkasnya.
No comments:
Post a Comment