Mensos Khofifah Ajak Refleksikan dan Perkuat Pancasila
Mensos, Khofifah Indar Parawansa menyampaikan sambutan dalam pertemuan anak-anak pahlawan di Pesantren Tebuireng pada Ahad (13/08/2017). (Foto: Masnun) |
Tebuireng.online—
Menteri Sosial Republik Indonesia, Khofifah Indar Parawansa
berkesempatan hadir dalam acara “Pertemuan Putera Puteri Pendiri Bangsa
dan Tokoh Lintas Agama Bersama Menteri Sosial RI” yang digelar di Aula
Bachir Ahmad Gedung KH. M. Yusuf Hasyim Lantai 3, Pesantren Tebuireng
Jombang, Ahad (13/08/2017) siang.
Putera-puteri pahlawan yang hadir dalam
acara tersebut antara lain, Meutia Farida Hatta putri Wakil Presiden
pertama Indonesia Mohammad Hatta, KH. Salahuddin Wahid Putra Pahlawan
KH. Wahid Hasyim, Agustanzil Sjahroezah cucu Pahlawan H. Agus Salim,
Rohadi Subardjo putra pahlawan nasional Achmad Soebardjo, Handini
Maramis Puteri keponakan dari A.A. Maramis.
Pertemuan tersebut menghasilkan
kesepakatan untuk memperkokoh kedaulatan bangsa melalui pembacaan
testimoni dari anak cucu dan keturunan pendiri bangsa dan sejumlah
pemuka agama yang menyerukan agar bangsa ini harus tetap bersatu
memperkokoh kedaulatan bangsa dan menjadi tuan di negeri sendiri. Tidak
hanya itu, mereka juga menyatakan bahwa Bhinneka Tunggal Ika adalah
kekuatan bangsa yang harus dirawat dan dikembangkan demi kemajuan
bangsa.
“Seruan ini, Insyaallah akan kita
teruskan kepada bapak presiden, jika beliau berkenan akan sangat
signifikan apabila testimoni ini tidak hanya kita kirimkan melalui
tulisan, namun bisa menyampaikan secara langsung kepadabapak presiden,”
ujar Mensos Khofifah.
Selain itu, Khofifah yang juga Ketua
Umum Muslimat NU itu, juga menyerukan kepada masyarakat untuk memperkuat
pemahaman dan pengamalan pancasila.
“Menjadikan Pancasila sebagai dasar
negara dan falsafah kehidupan bangsa Indonesia yang sangat multikultur
dan majemuk sudah tepat. Tugas kita saat ini adalah
mengaktualisasikannya dalam kehidupan sehari-hari,” ujarnya.
Menurutnya, munculnya disharmonisasi
intern dan antar umat beragama, intoleransi, radikalisme, dan keinginan
mengganti Pancasila memunculkan keprihatinan dan kekhawatiran. Kondisi
ini, kata dia, berpeluang menjadi ancaman disintegrasi yang amat serius
kepada NKRI.
Oleh
karena itu, lewat forum strategis ini, Ia mengajak generasi bangsa
memahami kembali arti semangat ber-Indonesia. Aktualisasi ini, lanjut
Khofifah, juga sebagai respon atas kondisi nasional dan dunia dalam
mewujudkan Indonesia berdaulat di bidang politik, mandiri secara
ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan.
“Tanpa Jawa kita bukan Indonesia. Tanpa
Batak, Papua, Ambon, Sunda, Aceh, Manado kita bukan Indonesia. Begitu
juga tanpa Islam, Katholik, Hindu, Budha kita semua bukan Indonesia. Sunnatullah-nya Indonesia ya beragam dan diikat oleh Pancasila,” paparnya.
No comments:
Post a Comment